BAB I
I.
Konsep Medik
A.
Defenisi
Anemia adalah pengurangan jumlah sel darah merah, kuantitas
hemoglobin, dan volume pada sel darah merah (hematokrit) per 100 ml darah.
Dengan demikian, anemia bukan suatu diagnosis melainkan pencerminan dari dasar
perubahan patofisiologis, yang diuraikan oleh anamnesa dan pemeriksaan fisik yang teliti, serta didukung
oleh pemeriksaan laboratorium.
B.
Etiologi
Berkurangnya sel darah
merah dapat disebabkan oleh kekurangan kofaktor untukeritropoesis, seperti:
asam folat, vitamin B12, dan besi. Produksi sel darah merah juga dapat turun
apabila sumsum tulang tertekan (oleh tumor atau obat) atau rangsangan yang
tidak memadai karena kekurangan eritropoetin, seperti yang terjadi pada
penyakit ginjal kronis.
Peningkatan penghancuran
sel darah merah dapat terjadi akibat aktivitas sistem retikuloendotelial yang
berlebihan (misal hipersplenisme) atau akibat sumsum tulang yang menghasilkan
sel darah merah abnormal.
C.
Anatomi dan Fisiologi
System hematology tersusun
atas darah dan tempat darah diproduksi,termasuk sumsum tulang dan nodus limfa.
Darah adalah organ khusus yang berbeda dengan organ lain karena berbentuk
cairan. Darah adalah suspensi dari partikel dalam larutan koloid cair yang
mengandung elektrolit. Peranannya sebagai medium pertukaran antara sel-sel yang
terfiksasi dalam tubuh dan lingkungan luar serta memiliki sifat-sifat protektif
terhadap organisme sebagai suatu keseluruhan dan khususnya terhadapdarahnya
sendiri.
Unsur seluler darah
terdiri dari sel darah merah (eritrosit), beberapa jenis sel darah putih
(leukosit), dan pecahan sel yang disebut
trombosit.
1. Sumsum
Tulang
Sumsum tulang menempati
bagian dalam tulang spons dan bagian tengah rongga tulang panjang. Sumsum
merupakan 4% dari 5% berat badan total, sehingga merupakan yang peling besar
dalam tubuh. Sumsum biasa berwarna merah atau kuning.
Sumsum merah merupakan
tempat diproduksi sel darah merah aktif dan merupakan organ hematopoetik
(penghasil darah) utama. Sedang sumsum
kuning, tersusun utama oleh lemak dan tidak aktif dalam produksi elemen darah.
2. Eritrosit
Sel darah merah atau
eritrosit adalah merupakan cakram bikonkaf yang tidak berinti yang kira-kira
berdiameter 8 m, tebal bagian tepi 2 m pada bagian tengah tebalnya hanya 1 m
atau kurang. Karena sel itu lunak dan lentur maka dalam perjalanannya melalui
mikrosirkulasi konfigurasinya berubah.
Stroma bagian luar yang
mengandung protein terdiri dari antigen kelompok A dan B serta factor Rh yang
menetukan golongandarah seseorang. Komponen utama sel darah merah adalah
protein hemoglobin (Hb) yang mengangkut O2 dan CO2 dan mempertahan Ph normal
melalui serangkaian dapat intra seluler. Molekul-molekul Hb terdiri dari 2
pasang rantai polipeptida (globin) dan 4 gugus hem, masing masing mengandung
atom besi.konfigurasi ini memungkinkan pertukaran gas yang sangat sempurnah
pembentukan hemoglobin terjadi pada sumsum tulang melalui semua stadium
pematangan sel darah merah memasuki sirkulasi sebagai retikolosit dari sumsum tulang. Retikolosit
adalah stadium terakhir dari sel darah merah yang belum matang dan mengandung jala dan serat serat reticular.jumlah kecil
hemoglobin masih di hasilkan selama 24 sampai 48 pematangan.retikulum kemudian
larut dan menjadi sel darah merah yang
matang.
3. Leukosit
(sel darah putih)
Leukosit merupakan unit
yang mobil/aktif dari system pertahanan tubuh.leukosit sebagian terbentuk dari
sumsum tulang (granulosit dan monosit
serta sedikit limfosit) dan sebagian lagi di bagian limfe (limfosit limfe dan
sel-sel plasma).
Setelah dibentuk, sel-sel
ini diangkut dalam darah menuju bagian tubuh untuk di gunakan. Manfaat
sesungguhnya dari sel darah putih ialah bahwa kebanyakan di transport secara
khusus ke daerah yang terinfeksi dan mengalami peradangan yang serius, jadi
menyediakan pertahanan yang cepat dan terhadap bahan infeksius yang mungkin
ada. Ada 6 macam sel darah putih yang ditemukan secara normal di temukan dalam
darah. Keenam sel tersebut ialah netrofil polimorfonuklir, eosinofil
polimorfonuklir, basofil polimorfonuklir, monosit, limfosit, dan kadang-kadang
sel plasma. Selain itu terdapat juga sejumlah besar trombosit, yang merupakan
pecahan dari tipe ketujuh sel darah
putih yang dijumpai dalam sumsum tulang, yakni megakariosit. Ketiga tipe dari
sel, yaitu sel polimorfonuklir, selurunya memiliki gambaran granular, karena
alas an itu mereka disebut grnulosit atau dalam terminology klinis disebut
“poli” karena intinya multiple.
Granulosit dan monosit
melindungi tubuh terhadap organisme penyerang utama dengan cara mencernakannya
yaitu melalui fogositosi,. Fungsi utama limfosit dan sel-sel plasma berhubungan
dengan sisterm imun.
4. Trombosit
Trombosit merupakan
partikel kecil, berdiameter 2 sampai 4 jam, yang terdapat pada sirkulasi plasma darah. Karena dapat
mengalami disintegritas cepat dan mudah, jumlahnya selalu berubah antara 150.000
dan 450.000 per mm3 darah, tergantung jumlah yang dihasilkan, bagaiman
digunakan, dan kecepatan kerusakan. Dibentuk oleh fragmentasi sel raksasa
sumsum tulang, yang disebut megakariosit. Produksi trombosit diatur oleh
trombopotein.
Trombosit berperan penting
dalam mengontrol perdarahan. Apabila terjadi perdarahan cedera vascular,
trombosit mengumpul pada tempat cedera tersebut.subtanti yang dilepaskan dari
granula trombosit dan sel darah lainnya menyebabkan trombosit menempel satu
sama lain dan membentuk tambalan atau sumbatan, yang sementara menghentikan
pendarahan. Subtansi lain dilepaskan dari trombosit untuk mengaktifasi factor
pembekuan dalam plasma darah.
5. Plasma
Darah
Apabila elemen seluler
diambil dari darah, bagian cairan yang tersisa dinamakan plasma darah. Plasma
darah mengandung ion, protein, dan zat lain. Apabila plasma dibiarkan membeku,
sisa cairan yang tertinggal dinamakan serum. Serum mempunyai kandungan yang
sama dengan plasma, kecuali kandungan fibrinogen dan beberapa factor pembekuan.
Protein plasma tersusun
terutama oleh albumin dan globulin. Globulin tersusun atas fraksi alfa, beta,
dan gama yang dapat dilihat dengan uji llaboraturium yang dinamakan elektroforesis protein. Masing-masing
kelompok disusun oleh protein tertentu.
Gama globulin yang
tersusun terutama oleh antibody dinamakn imunoglobilin.
Protein ini dihasilkan limfosit dan sel plasma. Protein plasma yang berperan
penting dalam fraksi alfa dan beta adalah globulin transpor dan factor
pembekuan yang dibentuk dihati. Globulin transpor membawa berbagi zat dalam
terikat sepanjang sirkulasi. Misalnya tiroid terikat globulin, membawa
tiroksin, dan transferin membawa besi. Factor pembekuan, termasuk fibrinogen,
tetap dalam keadaan tidak aktif dalam plasma darah sampai diaktivasi pada
reaksi taha-tahap pembekuan.
Albumin terutama penting
untuk pemeliharaan volume cairan dalam system vascular. Dinding kapiler tidak
permeable terhadap albumin, sehingga keberadaannya dalam plasma menciptakan
gaya onkotik yang menjaga cairan dalam rongga vascular. Albumin yang dihasilkan
oleh hati, memiliki kapasitas mengikat berbagai zat yang ada dalam plasma.
Dalam hal ini, albumin berfungsi sebagai protein transpor untuk logam, asam
lemak, bilirubin, dan obat-obatan di antara zat lainnya.
D.
Patofisiologi
Timbulnya anemia
mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau kehilangan sel darah merah
berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum tulang (misalnya, berkurangnya
eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, terpapar zat toksit, invasi
tumor, atau kebanyakan akibat idiopatik. Sel darah merah dapat hilang melalui
perdarahan atau hemolisis (destruksi). Pada kassus yang disebut terakhir,
masalahnya dapat terjadi akibat defek sel ddarah merah yang tidak sesuai dengan
ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa faktor di luar seldarah
merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisi sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam
sel fagositik atau dalam sistem retikuloendotelial, terutama dalam hati dan
limpa. Sebagai efek samping proses ini, bilirubin, yang terbentuk dalam fagosit
akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah
(hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma.
Konsentrasi normalnya 1 mg/ dl atau kurang; kadar di atas 1,5 mg/ dl
mengakibatkan ikterik pada sklera.
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam
sirkulasi, seperti yang terjadi pada berbagai kelainan hemolitik, maka
hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya
melebihi kapasitas hemoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas)
untuk mengikat semuanya (misal, apabila jumlahnya lebih dari sekitar 100 mg/
dl), hemoglobin akan terdifusi dalam glomelurus ginjal dsn ke dalam glomerulus
ginjal dan ke dalam urine (hemoglobinuria). Jadi ada atau tidak adanya
hemoglobinemia dan hemoglobinuria dapat memberikan informasi mengenai lokasi
penghancuran sel darah merah abnormal pada klien dengan hemolisis dan dapat
merupakan petunjuk untuk mengetahui sifat proses hemolitik tersebut.
Kesimpulan mengenai apakah anemia pada klien tertentu
disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang
tidak mencukupi, biasanya dapat diperoleh dengan dasar hitung retikulosis dalam
sirkulasi darah, derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang
dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dengan biopsi, serta ada atau
tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
E.
Gambaran Klinik/ Gejala
Gejala-gejala yang
disebabkan oleh pasokan oksigen yang tidak mencukupi kebutuhan ini, bervariasi.
Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa
melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan
jantung.
F.
Pemeriksaan Diagnostik
Jumlah darah lengkap ( JDL
) :
-
Jumlah
eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (volume korpuskular
rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokromoik (DB), peningkatan
(AP). Pansitopenia (aplastik).
-
Hemoglobin
dan hematokrit menurun.
-
Jumlah
retikulosit : bervariasi, misalnya menurun (AP), meningkat (respons sumsum
tulang terhadap kehilangan darah / hemolisis.
-
Pewarnaan
SDM : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat mengindikasikan tipe khusus
anemia).
-
LED
: peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misalnya peningkatan
kerusakan SDM atau penyakit malignasi.
-
Masa
hidup SDM : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misalnya pada tipe anemia
tertentu, SDM mempunyai waktu hidup lebih pendek.
-
Test
kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
-
SDP
: jumlah sel total sama dengan SDM (diferensial) mungkin meningkat (hemolitik)
atau menurun (aplastik).
-
Jumlah
trombosit : Menurun (aplastik); meningkat (DB); normal atau tinggi
(hemolitik).
-
Hemoblobin
elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.
-
Billirubin
serum (tak terkonjungasi) : meningkat (AP, HEMOLITIK).
-
Folat
serum dan vitamin B 12 : membantu mengdiagnosa anemia sehubugngan defisensi
masukan/absorbsi
-
Besi
serum; meningkat (DB)
-
Feritin
serum; menurun (DB)
-
Masa
perdarahan; memanjang (aplastik)
-
LDH
serum; mungkin meningkat (AP)
-
Tes
schilling; penurunan ekskresi vitamin B12 urine (AP)
-
Guaiak;
mungkin positif untuk darah pada urine.
Feses, dan isi gaster, menunjukkan perdarahan akut/kronis (AP)
-
Analisa
gaster; penurunan sekresi dengan pH dan tak adanya asam hidroklorik bebas (AP)
-
Aspirasi
sumsum tulang/pemeriksaan biopsi; sel mungkin tampak berubah dalam jumal,
ukuran dan bentuk membentuk membedakan tipe anemia, misalnya, peningkatan
megaloblastik (AP) ,lemak sumsung tulang
dengan penurunan sel darah (aplastik)
-
Pemeriksaan
endoskopi dan radiografi; memeriksan sisi perdarahan ; perdarahan GI.
G.
Pengobatan
Pengobatan anemia
tergantung pada penyebabnya:
1. Anemia kekurangan zat
besi. Bentuk anemia ini diobati dengan suplemen zat besi, yang mungkin Anda
harus minum selama beberapa bulan atau lebih. Jika penyebab kekurangan zat besi
kehilangan darah - selain dari haid - sumber perdarahan harus diketahui dan
dihentikan. Hal ini mungkin melibatkan operasi.
2. Anemia kekurangan vitamin.
Anemia pernisiosa diobati dengan suntikan - yang seringkali suntikan seumur
hidup - vitamin B-12. Anemia karena kekurangan asam folat diobati dengan
suplemen asam folat.
3. Anemia penyakit kronis.
Tidak ada pengobatan khusus untuk anemia jenis ini. Dokter berfokus pada
mengobati penyakit yang mendasari. Suplemen zat besi dan vitamin umumnya tidak
membantu jenis anemia ini . Namun, jika gejala menjadi parah, transfusi darah
atau suntikan eritropoietin sintetis, hormon yang biasanya dihasilkan oleh
ginjal, dapat membantu merangsang produksi sel darah merah dan mengurangi
kelelahan.
4. Aplastic anemia.
Pengobatan untuk anemia ini dapat mencakup transfusi darah untuk meningkatkan
kadar sel darah merah. Anda mungkin memerlukan transplantasi sumsum tulang jika
sumsum tulang Anda berpenyakit dan tidak dapat membuat sel-sel darah sehat.
Anda mungkin perlu obat penekan kekebalan tubuh untuk mengurangi sistem
kekebalan tubuh Anda dan memberikan kesempatan sumsum tulang ditransplantasikan
berespon untuk mulai berfungsi lagi.
5. Anemias terkait dengan
penyakit sumsum tulang. Pengobatan berbagai penyakit dapat berkisar dari obat
yang sederhana hingga kemoterapi untuk transplantasi sumsum tulang.
6. Anemias hemolitik.
Mengelola anemia hemolitik termasuk menghindari obat-obatan tertentu, mengobati
infeksi terkait dan menggunakan obat-obatan yang menekan sistem kekebalan Anda,
yang dapat menyerang sel-sel darah merah. Pengobatan singkat dengan steroid,
obat penekan kekebalan atau gamma globulin dapat membantu menekan sistem
kekebalan tubuh menyerang sel-sel darah merah.
Jika kondisi telah menyebabkan pembesaran limpa, Anda mungkin perlu untuk menerima limpa Anda diangkat. Limpa Anda- organ yang relatif kecil di bawah tulang rusuk di sisi kiri - penyaring sel-sel darah merah yang rusak. Anemia hemolitik tertentu dapat menyebabkan limpa Anda menjadi besar dengan sel darah merah rusak. Kadang-kadang, limpa memberikan kontribusi terhadap anemia hemolitik dengan membuang terlalu banyak sel darah merah. Tergantung pada keparahan anemia Anda, transfusi darah atau plasmapheresis mungkin diperlukan. Plasmapheresis adalah jenis prosedur penyaringan darah.
Jika kondisi telah menyebabkan pembesaran limpa, Anda mungkin perlu untuk menerima limpa Anda diangkat. Limpa Anda- organ yang relatif kecil di bawah tulang rusuk di sisi kiri - penyaring sel-sel darah merah yang rusak. Anemia hemolitik tertentu dapat menyebabkan limpa Anda menjadi besar dengan sel darah merah rusak. Kadang-kadang, limpa memberikan kontribusi terhadap anemia hemolitik dengan membuang terlalu banyak sel darah merah. Tergantung pada keparahan anemia Anda, transfusi darah atau plasmapheresis mungkin diperlukan. Plasmapheresis adalah jenis prosedur penyaringan darah.
7. Sickle cell anemia.
Pengobatan untuk anemia ini dapat mencakup pemberian oksigen, obat
menghilangkan rasa sakit, baik oral dan cairan infus untuk mengurangi rasa
sakit dan mencegah komplikasi. Dokter juga biasanya menggunakan transfusi
darah, suplemen asam folat dan antibiotik. Transplantasi sumsum tulang mungkin
merupakan pengobatan yang efektif pada beberapa keadaan. Sebuah obat kanker
yang disebut hidroksiurea (Droxia, Hydrea) juga digunakan untuk mengobati
anemia sel sabit pada orang dewasa.
II.
Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
AKTIVITAS ISTIRAHAT
gejala
|
|
-
Keletihan, kelemahan, malaise umum
-
Kehilangan prodiktivitas , penurunan semangat untk bekerja.
-
Toleransi terhadap latihan rendah
-
Kebutuhan untik tidur dan istirahat lebih banyak.
|
Tanda
|
|
-
Takikardia/takikpnea; dispnea pada bekerja atau istirahat.
-
Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya,
kelemahan otot dan penurunan kekuatan.
-
Ataksia, tubuh tidak tegak.
-
Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda
lain yang menunjukkan keletihan
|
SIRKULASI
Gejala
|
|
-
Riwayat kehilangan darah kronis, misalnya kehilangan
gastrointestinal kronis, menstruasi berat, angina, CHF (akibat kerja jantung
berlebihan)
-
Riwayat endokarditis infektif kronik
-
Palpitasi (takikardia
kompensasi)
|
Tanda
|
|
-
Tekanan darah peningkatan sistolik dengan diastolik stabil
dan tekanan nadi melebar; hipotensi postura.
-
Disaritmia; abnormalitas EKG, misalnya, depresi segmen ST
dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardi.
-
Baunyi jantung murmur sistolik (DB)
-
Warn ekstremitas; pucat pada kulit dan membran mukosa (konjungtiva, mulut, faring, bibir) dan
dasar kuku. (catatan; pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai
keabu-abuan) kulit seperti berlilin, pucat (aplastik), atau kuning lemon
terang (PA)
-
Skelera biru atau putih seperti mutiara (DB)
-
Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke
perifer dan vasokonstriksi kompensasi)
-
Kuku mudah patah, berbentuk seperti sendok (Koilonokia) (DB)
-
Rambut; kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara
prematur.
|
INTEGRITAS EGO
Gejala
|
|
-
Keyakinan agama / budaya mempengaruhi pilihan pengobatan,
misalnya transfusi darah.
|
Tanda
|
|
-
Defresi
|
ELIMINASI
Gejala
|
|
-
Riwayat pielonefritis, gagal ginjal.
-
Flatulen, sindrom malabsorbsi (DB).
-
Hematemesis, feses dengan darah segar, melena.
-
Diare atau konstipasi.
-
Penurunan haluaran urine.
|
Tanda
|
|
-
Distensi abdomen.
|
MAKANAN / CAIRAN
Gejala
|
|
-
Penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah /
masukan sereal tinggi (DB).
-
Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan ( ulkus pada
faring ).
-
Mual / muntah, dispepsia, anoreksia.
-
Adanya penurunan berat badan.
-
Tidak pernah puas mengunyah atau pika untuk es, kotoran,
tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).
|
Tanda
|
|
-
Lidah tampak merah daging / halus (AP; defisiensi asam folat
dan vitamin B 12.
-
Membran mukosa kering, pucat.
-
Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut / hilang
elastisitas (DB).
-
Stomatitis dan glositis (status defisiensi).
-
Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut
pecah ( DB ).
|
HIGIENE
Tanda
|
|
-
Kurang bertenaga, penampilan tak rapih.
|
NEUROSENSASI
Gejala
|
|
-
Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinitus,
ketidakmampuan berkonsentrasi.
-
Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata.
-
Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parastesia
tangan / kaki (AP) ; klaudiaksi.
-
Sensasi menjadi dingin.
|
Tanda
|
|
-
Peka rangsang, gelisah, defresi, cenderung tidur, apatis.
-
Mental : tak mampu berespon lambat dan dangkal.
-
Oftalmik : hemoragis retina ( aplastik, AP ).
-
Epistaksis, perdarahan dari lubang – lubang ( aplastik ).
-
Gangguan koordinasi, ataksia : penurunan rasa getar dan
posisi, tanda Romberg positif, paralisis ( AP ).
|
NYERI / KENYAMANAN
Gejala
|
|
-
Nyeri abdomen samar ; sakit kepala ( DB ).
|
PERNAPASAN
Gejala
|
|
-
Riwayat TB, abses paru.
-
Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
|
Tanda
|
|
-
Takipnea, ortopnea, dan dispnea.
|
KEAMANAN
Gejala
|
|
-
Riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia, misalnya ;
benzen, insektisida, fenibultazon, naftalen.
-
Riwayat terpajan pada radiasi baik sebagai pengobatan atau
kecelakaan.
-
Riwayat kanker, terapi kanker.
-
Tidak toleran terhadap dingin dan / atau panas.
-
Transfusi darah sebelumnya.
-
Gangguan penglihatan.
-
Penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
|
Tanda
|
|
-
Demam rendah, menggigil, berkeringat malam.
-
Limfadenopati umum.
-
Peteki dan ekimosis (aplastik).
|
SEKSUALITAS
Gejala
|
|
-
Perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore
(DB).
-
Hilang libido ( pria
dan wanita ).
-
Impoten.
|
Tanda
|
|
-
Serviks dan dinding vagina pucat.
|
PENYULUHAN / PEMBELAJARAN
Gejala
|
|
-
Kecenderungan keluarga untuk anemi ( DB / AP ).
-
Penggunaan anti konvulsan masa lalu / saat ini, antibiotik,
agen kemoterapi ( gagal sumsum tulang ), aspirin, obat anti inflamasi, anti
koagulan.
-
Penggunaan alkohol kronis.
-
Adanya / berulang episode perdarahan aktif ( DB ).
-
Riwayat penyakit hati, ginjal ; masalah hematologi ;
penyakit seliak atau penyakit malabsorpsi lain ; enteritis regional ;
manifestasi cacing pita ; poliendokrinopati ; masalah autoimun (misalnya ;
antibodi pada sel parietal, faktor intrinsik, antibodi tiroid dan sel T ).
-
Pembedahan sebelumnya, misalnya; splenektomi; eksisi tumor;
penggantian katup prostetik; eksisi bedah duodenum atau reseksi gaster,
gastrektomi parsial / total ( DB/AP ).
-
Riwayat adanya masalah dengan penyembuhan luka atau
perdarahan; infeksi kronis, ( RA ), penyakit granulomatus kronis, atau kanker
( sekunder anemia ).
|
Pertimbangan
|
|
-
DRG menunjukkan rerata lama dirawat : 4,6 hari
|
Rencana pemulangan
|
|
-
Dapat memerlukan bantuan dalam pengobatan ( injeksi);
aktivitas perawatan diri dan / atau pemeliharaan rumah, perubahan rencan
diet.
|
B.
P
C. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan patofisiologi di
atas dan dari data pengkajian, diagnosis keperawatan utama untuk klien
mencakupbhal-hal berikut.
1. Aktual/risiko tinggi gangguan perfusi
perifer yang berhubungan denga menurunnya pengangkutan oksigen ke jaringan
sekunder dari penurunan jumlah sel-sel darah merah di sirkulasi
2. Aktual/risiko tinggi nyeri dada yang
berhubungan dengan menurunnya suplai darah ke miokardium
3. Aktual/risiko tinggi pola nafas tidak
efektif yang berhubungan dengan respons peningkatan frekuensi pernapasan
4. Aktual/risiko tinggi perubahan nutrisi:
kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan penurunan intake, mual, dan
anoreksia.
5. Aktual/risiko tinggi intoleransi aktivitas
berhubungan dengan ketidakseimbangan ntara suplai oksigen ke jaringan.
6. Cemas yang berhubungan dengan rasa takut
akan kematian, penurunan status kesehatan, situasi kritis, ancaman, atau
perubahan kesehatan.
D. Rencana Keperawatan dan Evaluasi
Tujuan perencanaan dan implementasi
keperawatan adalah membantu klien dalam mengatasi masalah kebutuhan dasarnya,
meningkatkan kemampuan adaptasi klie secara optimal, dan mengurangi risiko
komplikasi
Aktualisasi tinggi gangguan perfusi perifer yang berhubungan
dengan menurunnya pengangkutan oksigen sekunder dari penurunan sel-sel darah
merah sirkulasi
|
|
Tujuan dalam waktu 3×24 jam perfusi
jaringan perifer meningkat
Kriteri: klien tdak mengeluh pusing,
tanda-tanda vital dalam batas normal, kongjungtiva merah (TIDAK PUCAT), CRT ˂3 detik,
urine ˂600 ml/hari.
|
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Kaji status mental klien secara teratur
|
Mengetahui derajat hipoksia pada otak
|
Kaji factor-faktor yang menyebabkan
penurunan sel darah merah
|
Berkurangnya sel darah merah dapat
disebabkan oleh kekurangan kofaktor untuk eritroesis, seperti: asam folat,
vitamin B12, dan besi. Pada animea, karena semua system organ dapat terlibat,
maka menimbulkan manifestasi klinis yang luas. Karena jumlah efektif sel
darah merah berkurang, maka lebih sedikit oksigen yang dikirimkan ke
jaringan.
|
Kaji warna kulit, suhu, sianosis, nadi
perifer dan diaphoresis secara teratur.
|
Mengetahui derajat hipoksemia dan peningkatan
tahanan perifer.
|
pantau urine output.
|
Penurunan curah jantung mengakibtkan
menurunya produksi urine. Pemantaun yang ketat pada produksi urine <600
ml/hari merupakan tanda-tanda terjadinya syok kardiogenik.
|
Catat adanya keluhan pusing
|
Keluhan pusing merupakan manifestasi
penurunan suplai darah ke jaringan otak yang parah
|
Pantau frekuensijantung dan irama.
|
Perubahan frekuensi dan irama jantung
menunjukkan komplikasi disritmia.
|
Berikan makanan kecil/mudah dikunyah,
batasi asupan kafein
|
Makanan besar dapat meningkatkan kerja
miokardium. Kafein dapat merangsang langsung ke jantung sehingga meningkatkan
frekuensi jantung.
|
Kolaborasi
● Pemberian transfusi darah |
Transfusi dengan PRC (packed red cells) lebih rasional diberikan pada klien yang mengalami anemia akibat penurunan sel-sel darah merah. |
● Pemberian
antibiotika.
|
Kematian biasanya disebabkan oleh
perdarahan atau infeksi. Meskipun antibiotik, khususnya yang aktif terhadap
basil gram negatif, telah mengalami kemajuan besar passa klien ini. Klien
dengan leucopenia yang jelas (penurunan abnormal sel darah putih) harus
dilindungi terhadap kontak dengan orang lain yang mengalami infeksi.
Antibiotik tidak boleh diberikan secara profilaksis pada klien dengan kadar
neutrofil rendah dan abnormal (netropenia) karena antibiotik dapat
mengakibatkan kegawatan akibat resistensi bakteri dan jamur
|
● Pertahankan
cara masuk heparin (IV) sesuai
indikasi.
|
Jalur yang penting untuk pemberian obat
darurat.
|
● Pemantauan
laboratorium.
|
Pemantauan darah rutin berguna untuk
melihat perkembangan pasca-intervensi.
|
● Pemberian
imunosupresif.
|
Terapi imunosupresif globulin antitimosit
(ATG) diberikan untuk menghentikan fungsi imunologis yang memperpanjang
aplasia, sehingga memungkinkan sumsum tulang mengalami penyembuhan. Klien
yang berespons terhadap terapi biasanya akan sembuh dalam beberapa minggu
sampai tiga bulan, tetapi respons dapat lambat sampai enam bulan setelah
penanganan.
|
●
Transplantasi.
|
Transplantasi sumsum tulang dilakukan
untuk memberikan persediaan jaringan hematopoetik yang masih dapat berfungsi.
|
Aktial/risiko tinggi nyeri yang
berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai darah dan oksigen dengan
kebutuhan miokardium sekunder dari penurunan suplai darah ke miokardium
peningkatan produksi asam laktat.
|
|
Tujuan:
dalam waktu 3 X 24 jam tidak ada keluhan dan terdapat penurunan
respons nyeri dada
Kriteria: secara subjektif klien menyatakan penurunan rasa nyeri dada, secara objektif didapatkan tanda-tanda vital dalam batas normal, wajah rileks, tidak terjadi penurunan perfusi, urine >600 ml/hari |
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Catat karakteristik nyeri, lokasi,
intensitas, serta lama dan penyebarannya.
|
Variasi penampilan dan perilaku klien
karena nyeri terjadi sebagai temuan pengkajian.
|
Anjurkan kepada klien untuk melaporkan
nyeri dengan segera.
|
Nyeri berat dapat menyebabkan syok
kardiogenik yang berdampak pada kematian mendadak.
|
Lakukan manajemennyeri keperawatan
sebagaiberikut.
1. Atur posisi fisiologis. |
posisi fisiologis akan meningkatkan asupan oksigen ke jaringan yang mengalami iskemia. |
2. Istirahatkan klien.
|
Istirahat akan menurunkan kebutuhan
oksigen jaringan perifer, sehingga akan menurunkan kebutuhan miokardium serta
meningkatkan suplai darah dan oksigen ke miokardium yang membutuhkan oksigen
untuk menurunkan iskemia.
|
3. berikan oksigen tambahan dengan nasal
kanul atau masker sesuai dengan indikasi.
|
Meningkatkan jumlah oksigen yang ada
untuk pemakaian miokardium sekaligus mengurangi ketidaknyamanan akibat nyeri
dada.
|
4. Manajemen lingkungan: lingkungan
tenang dan batasi pengunjung.
|
Lingkungan tenang akan menurunkan
stimulus nyeri eksternal dan pembatasan pengunjung akan membantu meningkatkan
kondisi oksigen ruangan yang akan berkurang apabila banyak pengunjung yang
berada di ruangan.
|
5. Ajarkan teknik relaksasi pernapasan
dalam.
|
Meningkatkan asupan oksigen sehingga akan
menurunkan nyeri sekunder dari iskemia jaringan otak.
|
1.
Ajarkan
teknik distraksi pada saat nyeri
|
Distraksi (pengalihan perhatian) dapat
menurunkan stimulus internal dengan mekanisme peningkatan produksi endorphin
dan enkefalin yang dapat memblok reseptor nyeri untuk tidak dikirimkan ke
korteks serebri sehingga menurunkan persepsi nyeri
|
2.
7.
Lakukan manajemen sentuhan
|
Manajemen sentuhan pada saat nyeri berupa
sentuhan dukungan psikologis dapat menurunkan nyeri. Dipton ringan dapat
meningkatkan aliran darah dan dengan otomatis membantu suplai darah dan
oksigen ke area nyeri dan menurunkan sensasi nyeria
|
Kolaborasi pemberian terapi farmakologis
antiangina.
|
Obat-obat antiangina bertujuan untuk
meningkatkan aliran darah baik dengan menambah suplai oksigen atau dengan
mengurangi kebutuhan miokardium akan oksigen.
|
● Antiangina
(nitroglycerin).
|
Nitrat berguna untuk kontrol nyeri dengan
efek vasodilatasi koroner.
|
● Analgesik.
|
Menurunkan nyeri hebat, memberikan
sedasi, dan mengurangi kerja miokardium
|
Aktual/risiko tinggi pola napas tidak
efektif yang berhubungan dengan pengmbangan paru tidak optimal, kelebihan
cairan di paru sekunder dari endema paru akut.
|
|
Tujuan: dalam waktu 3 X 24 jam tidak
terjadi perubahan pola napas.
criteria: klien tidak sesak napas, RR dalam batas normal 16-20 kaii/menit, respons batuk berkurang. |
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Auskultasi bunyi napas (krakles).
|
Indikasi endema paru, sekunder akibat
dekompensasi jantung
|
Kaji adanya endema.
|
Curiga gagal kongesif/kelebihan volume
cairan.
|
Ukur intake dan output.
|
Penurunan curah jantung, mengakibatkan
gangguan ferfusi ginjal, retensi natrium/air, dan pengeluaran urine.
|
Timbang berat bada.
|
Perubahan tiba-tba dari berat badan
menunjukkan gangguan keseimbangan cairan.
|
Pertahankan pemasukan total cairan
2.000ml/24 jam dalam toleransi kardiovaskuler.
|
Memenuhi kebutuhan cairan tubuh orang
dewasa, tetapi memerlukan pembatasan dengan adanya dekompensasi jantung.
|
Kolaborasi.
● Berikan diet tanpa garam. |
Natrium meningkatkan retensi cairan dan
volume plasma yang berdampak terhadap peningkatan beban kerja jantung dan
akan meningkatkan kebutuhan miokardium.
|
● Berikan
diuretic, contoh: furosemide, sprinolakton, hidronolakton.
|
Diuretik bertujuan untuk menurunkan
volume plasma dan menurunkan retensi cairan di jaringan, sehingga menurunkan
risiko terjadinya edema paru.
|
● Pantau data
laboratorium elektrolit kalium.
|
Hipokalemia dapat membatasi keefektifan
terapi.
|
Aktual/risiko tinggi perubahan nutrisi:
kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan penurunan intake mual, dan
anoreksia.
|
|
Tujuan: dalam waktu 3 X 24 jam terdapat
peningkatan dalam pemenuhan nutrisi.
Kriteria: klien secara subjektif termotivasi untuk melakukan pemenuhan nutrisi sesuai anjuran , klien dan keluarga tentang asupan nutrisi yang tepat pada klien, asupan meningkat pada porsi makan yang disediakan. |
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Jelaskan tentang manfaat makanan bila
dikaitkan dengan kondisi klien saat ini.
|
Dengan pemahamn klien akan lebih
kooperatif mengikuti aturan.
|
Anjurkan agar klien memakan makanan yang disediakan
di Rumah Sakit.
|
Untuk menghindari makanan yang justru
dapat mengganggu proses penyembuhan klien.
|
Beri makanan dalam keadaan hangat dan
porsi kecil serta diet tinggi kalori tinggi protein.
|
Untuk meningkatkan selera dan mencegah
mual, mempercepat perbaikan kondisi, serta mengurangi beban kerja jantung.
|
Libatkan keluarga pasien dalam pemenuhan
nutrisi tambahan yang tidak bertentangan dengan penyakitnya.
|
Klien kadang kala mempunyai selera makan
yang sudah terbiasa sjak di rumah. Dengan bantuan keluarga dalam pemenuhan
nutrisi dengan tidak bertentangan dengan pola diet akan meningkatkan
pemenuhan nutrisi.
|
Lakukan dan ajarkan perawatan mulut
sebelum dan sesudah makan serta sebelu dan sesudah intervensi/pemeriksaan per
oral.
|
Higiene oral yang baik akan meningkatkan
nafsu makan klien.
|
Beri motivasi dan dukungan psikologis.
|
Meningkatkan secara psikologis.
|
Kolaborasi.
● Dengan nutrisi tentang pemenuhan diet klien. |
meningkatkan pemenuhan sesuai dengan kondisi klien. |
● Pemberian
multivitamin.
|
Memenuhi asupan vitamin yang kurang dari
penurunan asupan nutrisi secara umum dan memperbaiki daya tahan.
|
Intoleransi aktivitas yang berhubungan
dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen ke jaringan dengan kebutuhan
sekunder dari penurunan curah jantung.
|
|
Tujuan: aktivitas sehari-hari klien
terpenuhi dan meningkatnya kemampuan beraktivitas
Kriteria: klien menunjukkan kemampuan beraktivitas tanpa gejala-gejala berat, terutama mobilisasi di tempat tidur. |
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Catat frekuensi dan iram jantung serta
perubahan tekanan darah selama dan sesudah beraktivitas
|
Respons klien terhadap aktivitas dapat
mengindikasikan penurunan oksigen miokardium.
|
Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas,
dan berikan aktivitas senggang yang tidak berat.
|
Menurunkan kerja miokardium/konsumsi
oksigen
|
Anjurkan klien untuk menghindari
peningkatan tekanan abdomen, misalnya mengejan saat defekasi
|
Dengan mengejan dapat mengakibatkan
takikardia serta peningkatan tekanan darah.
|
Jelaskan pola peningkatan terhadap dari
tingkat aktviitas. Contoh: bangun dari kursi bila tak ada nyeri, ambulasi,
dan istirahat selama 1 jam setelah makan.
|
Aktivitas yang maju memberikan kontrol
jantung, meningkatkan regangan, dan mencegah aktivitas berlebihan
|
Pertahankan klien tirah baring sementara
sakit.
|
Untuk mengurangi beban jantung.
|
Pertahankan rentang gerak pasif selama
sakit kritis.
|
Meningkatkan kontraksi otot sehingga
membantu aliran venabalik.
|
Evaluasi tanda vital saat kemajuan
aktivitas terjadi.
|
Untuk mengetahui fungsi jantung bila
dikaitkan dengan aktivitas.
|
Berikan waktu istirahat diantara waktu
aktivitas.
|
Untuk mendapatkan cukup waktu reselusi
bagi tubuh dan tidak telalu memaksa kerja jantung.
|
Selama aktivitas kaji EKG, dispnea,
sianosis, kerja dan frekuensi napas, serta keluhan subjektif.
|
Melihat dampak dari aktivitas terhadap
fungsi jantung.
|
Cemas
yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian, ancaman, atau
perubahan kesehatan
|
|
Tujuan: dalam waktu 1 X 24 jam kecemasan
klien berkurang
criteria: klien menyatakan kecemasan berkurang, mengenal perasaanya, dapat mengidentivikasi penyebab atau faktor yang mempengaruhinya, kooperatif terhadap tindakan dan wajah rileks. |
|
INTERVENSI
|
RASIOANAL
|
Bantu klien mengekspresikan perasaan
marah, kehilangan, dan takut.
|
Cemas berkelanjutan memberikan dampak
serangan jantung selanjutnya.
|
kaji tanda verbal dan nonverbal
kecemasan, damping klien, dan lajukan tindakan bila menunjukkan perilaku
merusak.
|
Reaksi verbal/non verbal dapat
menunjukkan rasa agitasi, marah dan gelisah.
|
Hindari konfrontasi.
|
Konfrontasi dapat meningkatkan rasa
marah, menurunkan kerja sama, dan mungkin memperlambat penyembuhan.
|
Mulai melakukan tindakan untuk mengurangi
kecemasan. Beri lingkungan yang tenang dan suasana penuh istirahat.
|
Mengurangi rangsangan eksternal yang
tidak perlu.
|
Tingkatkan control sensasi klien.
|
kontrol sensasi klien (menurunkan
ketakutan) dengan cara memberikan informasi tentang keadaan klien, menekankan
pada penghargaan terhadap sumber-sumber koping (pertahanan diri) yang
positif, membantu latihan relaksasi dan teknik-teknik pengalihan, serta
memberikan respons baik yang positif.
|
Orientasikan klien terhadap prosedur
rutin dan aktivitas yang diharapkan.
|
Orientasi dapat menurunkan kecemasan.
|
Beri kesempatan kepada klien untuk
mengungkapkan kecemasannya.
|
Dapat menghilangkan ketegangan terhadap
kekhawatiran yang tidak diekspresikan.
|
Berikan kesempatan kepada klien untuk
mengungkapkan kecemasannya.
|
Memberi waktu untuk mengekpresikan
perasaan, menghilangkan cemas, dan perilaku adaptasi.
Adanya keluarga dan teman-teman yang dipilih klien untuk membantu aktivitas serta pengalihan (misalnya membaca) akan menurunkan perasaan terisolasi. |
Kolaborasi: berikan anticemas sesuai indikasi,
contohnya diazepam.
|
Meningkatkan relaksasi dan menurunkan
kecemasan.
|
Evaluasi
Hasil akhir yang diharapkan, meliputi
hal-hal sebagai berikut:
1. Terhindar dari resiko penurunan perfusi
perifer
2. Bebas dari nyeri
3. Terpenuhinya aktifitas sehari-hari
4. Terpenuhinya kebutuhan nutrisi
5. Menunjukkan penurunan kecemasan
·
Memahami
penyakit dan tujuan perawatannya
·
Mematuhi
semua aturan medis
·
Mengetahui
kapan harus meminta bantuan medis bila nyeri menetap atau sifatnya berubah.
BAB II
A.
Kesimpulan
Anemia adalah suatu kondisi dimana tubuh
mengalami kekurangan sel-sel darah merah seta hemoglobin (Hb) sehingga
sirkulasi zat dalam tubuh tidak berjalan secara normal. Keadaan ini akan
berpengaruh pada semua organ tubuh, bertumpuknya CO2 dalam sel yang dapat
meracuni sel atau setidaknya menurunkan efisiensi dan proses lainnya dalam
tubuh. Anemia terjadi karena infeksi yang sering kambuh, sedang menderita
penyakit, kekurangan vitamin E ( penting untuk kesehatan sel darah),
insektisida yang merusak sumsum tulang belakang, kehilangan darah yang
berlebihan, dan factor yang sangat penting adalah kurangnya zat-zat gisi
diantaranya Fe, Vitamin E, asam Folat yang masuk ke dalam tubuh. Anemia defisiensi Fe adalah
yang paling sering terjadi. Anemia
ganas dapat terjadi pada keadaan kekurangan vitamin B12 (baca
anemia pernikosa). Anemia sel
sabit adalah jenis lain dari anemia, ditandai dengan bentuk sel
darah merah menjadi bengkok seperti bulan sabi dank eras sehingga menyumbat
system peredaran darah, akibatnya tubuh akan mengalami kekurangan oksigen. Hasi
penelitian menunjukan bahwa penderita anemia jenis ini sangan membutuhkan
tambahan asam float
minimal 5 gr per hari.
B.
Saran
Zat-zat gisi
tersebut adalah zat besi (Fe), protein, tembaga, asam folat, vitamin B6, B12,
dan vitamin C adalah penting untuk pembentukan sel darah merah.
Perbanyak
konsumsi sayuran berwarna hijau sebagai sumber zat besi.
Daftar
Pustaka
Muttaqin arifin;Asuhan
Keperawatan Klien dengan Gangguan Sisitem Kardiovaskular dan Hematologi;Salemba
Medika;Jakarta 2009.
http://id.wikipedia.org/wiki/Anemia
Marilynn
E. Donges Dkk.; Rencana Asuhan Keperawatan
Pedoman Untuk Perencaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.; Edisi
3, Penerbit Buku Kedokteran EGC ; Jakarta 1999.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar